10 Waktu Paling Mustajab untuk Berdoa Dalam Islam, Berdoalah Niscaya Dikabulkan!
Sebuah kata mutiara yang sangat terkenal dan bijak dari negri barat mengatakan, “Man propose but God Dispose” yang berarti, ‘Manusia berusaha Tuhan yang menentukan’ terasa ada yang kurang dengan pernyataan itu. Iya, orang-orang barat khususnya ilmuwan eropa memiliki kepercayaan penuh pada kemampuannya sendiri tanpa terlalu bersandar pada kekuatan Tuhan. Maka dari itu, tak heran jikalau mereka mengesampingkan perihal agama.
Doa bagi ummat Islam merupakan senjata. Bayangkan saja, jika kita berjuang dalam peperangan tanpa membawa senjata, apa yang terjadi? Mungkin menang, tapi dengan susah payah. Anggap saja kehidupan yang kita jalani adalah sebuah peperangan. Karena memang Rasulullah menyatakan sendiri bahwa setiap hari kita berperang, melawan musuh yang lebih kuat dari kaum kafir (golongan manusia), yakni hawa nafsu.
Manusia tidak bisa lepas dari kekuatan Allah SWT dalam menghadapi segala masalah dalam kehidupannya, karena “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (QS. Al-Ikhlas: 2). Oleh karena itu, jika ada manusia merasa segalanya yang ia raih oleh karena kemampuan dirinya, maka pantaslah ia disebut sebagai manusia yang sombong.
Berdoa bagi Ummat Islam bisa dilakukan kapan saja. Namun, Rasulullah panutan kita telah memberikan petunjuk kapan waktu-waktu terbaik bagi kita untuk berdoa, agar lebih mudah didengar dan dikabulkan oleh Allah swt. Berikut ini adalah waktu-waktu yang mustajabah untuk berdoa.
1. Sepertiga malam
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhori-Muslim)
2. Turun Hujan
“Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.” (HR. Al-Hakim – Al Baihaqi)
3. Pada Hari Jum’at
‘”Di hari Jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu do’a pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta.” Dan beliau berisyarat dengan tangannya akan sebentarnya waktu tersebut.’ (HR. Bukhori - Muslim)
Para ulama berbeda pendapat tentang waktu yang tepat masalah ini. Yang mengatakan bahwa waktu tepat di hari jum’at ini adalah ketika Khotib Sholat Jum’at duduk diantara dua khutbah berdasarkan hadits,
“Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan shalat Jum’at (HR. Muslim)”
Ulama yang lain berpendapat bahwa waktu singkat itu terjadi pada ba’da Ashar hingga menjelang Maghrib, berikut dasar haditsnya:
“(Waktu siang) di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah ‘azza wa jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah ‘Ashar (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
4. Pada Bulan Ramadhan
“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al-Bazaar. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ Al-Ahadits, 9: 224)
“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi (HR. Ahmad)”
5. Pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah)
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah (HR. Tirmidzi)
Para ulama sepakat bahwa kemustajaban doa waktu ini bukan hanya untuk para jamaah haji, tapi untuk umum. Sedangkan para jamaah haji justru mendapatkan dua keutamaan yakni, waktu (9 Dzulhijjah) dan Tempat (Padang Arafah) (Syaikh Sholih Al Munajjid dalam fatawanya no. 70282.).
Bahkan para ulama salaf menganjurkan bahwa, apabila datang hari ini kita dianjurkan untuk banyak beribadah dan tidak banyak bergaul dengan manusia.
‘Atho’ bin Abi Robbah berkata pada ‘Umar bin Al Warod, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka lakukanlah.” (Ahwal As-Salaf fi Al- Hajj, hal. 44)
6. Pada Waktu antara Adzan dan Iqomah
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu) (HR. Ahmad).”
7. Usai Sholat 5 Waktu
“Ada seseorang yang pernah mendatangi Rasulullah saw, lalu bertanya, “Shalat apa yang paling utama?” “Shalat di tengah malam”, jawab Rasulullah saw. Lalu ditanya kembali, “Doa apa yang paling didengar?” “Doa di dubur shalat wajib (Akhir sholat).” (HR. Ibnu Abi Ad Dunya)
Ulama berbeda pendapat mengenai istilah ‘dubur shalat.’ Ada yang mengatakan waktu ini adalah saat tahiyat akhir sebelum salam, ada juga yang berpendapat waktu ini adalah setelah salam.
“Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejelekan Al Masih Ad Dajjal, kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia inginkan.” (HR. An-Nasa’I)
Catatan: Karena doa ini dilakukan sebelum salam (pada saat tahiyat akhir), maka diwajibkan memakai bahasa Arab atau diutamakan mengutip doa ayat Al Quran atau Hadits. Karena doa yang diucapkan selain bahasa arab akan membatalkan sholatnya.
8. Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan
“Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar: 3-5)
Tidak ada yang tahu, kapan secara pasti malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan. Ada yang berpendapat malam Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, di malam-malam ganjil. Berikut dasar haditsnya,
“Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu lainnya.” (HR. Muslim)
“Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang ingin menjumpai malam Lailatul Qadar, hendaklah ia mencarinya pada malam dua puluh tujuh.” (HR. Ahmad)
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhori)
Wallahu’alam.
Bagi Sahabat Nabawi yang memerlukan kebutuhan-kebutuhan selama ibadah Bulan Ramadhan, silahkan mampir ke toko kami, toko oleh oelh haji Nabawi. Semua kebutuhan ibadah anda ada disini termasuk ibadah umroh dan perlengkapan/oleh-oleh haji.
9. Ketika Didholimi
“Tiga orang yang doanya pasti dikabulkan adalah doa orang yang teraniaya, doa orang dalam perjalanan dan doa orangtua untuk anaknya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Kita diharuskan untuk menjaga lisan ketika berucap, karena luka disebabkan ucapan bisa dibawa sampai mati. Maka sebisa mungkin janganlah kita memanjatkan doa yang buruk kepada orang yang mendholimi kita.
Dan juga janganlah kita sampai mendholimi orang lain, apalagi yang kita dholimi adalah hamba yang sholih dan taat, karena doa mereka sangat mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
10. Do’a Orangtua Kepada Anaknya
“Doa orangtua itu dapat menembus hijab (pembatas antara makhluk dan Allah).” (HR. Ibnu Majah)
Selalu jagalah hati orangtua, karena jika ia marah dan tak mampu menahan amarahnya hingga keluar kata-kata buruk untuk kita, maka saat itu kita tidak akan selamat.
Sebaliknya, jika orangtua kita ridho dengan kita, lalu ia berdoa saat itu untuk kebaikan kita, insya Allah doanya sangat mustajab. Berikut sebuah kisah nyata tentang seorang pemuda yang berbakti pada Ibunya pada Masa Nabi Sulaiman AS.
Alkisah ada seorang pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya. Sang ibu sudah sepuh, tak mampu lagi ia berjalan dengan kedua kakinya. Sang anak yang berbakti itu selalu menggendongnya kemanapun ia pergi. Mengikuti langkah-langkahnya sambil bercanda tawa di perjalanan.
Sang ibu tersentuh dengan kebaikan anaknya. Betapa beruntungnya ia memiliki seorang anak yang sangat berbakti padanya di usia yang senja ini. Sang Ibu tidak tega, jikalau di suatu saat nanti Allah memanggilnya dan tinggallah ia dalam kesendirian. Dalam tangis di pundak anaknya, sang ibu berdoa, “Ya Allah, jika suatu saat nanti engkau memanggilku, maka hamba memohon jagalah anakku ini. Tempatkan ia pada suatu tempat yang tidak di bumi juga tidak di langit, serta selalu cukupkanlah rezekinya.”
Selang beberapa hari, si ibu dipanggil Allah SWT. Betapa sedihnya pemuda baik itu. Hari-hari yang biasa ia habiskan bersama ibunda tercinta, kini beliau sudah tiada lagi. Tinggalah ia sendiri merasa kesepian. Kemudian ia memutuskan untuk memcah kesepian itu ke sebuah pantai tepi lautan. Disitu, ia jumpai sebuah kubah emas dari dasar lautan naik ke atas permukan. Iapun heran, kubah apa itu.
Sembari melihat-lihat kesekeliling, hingga tiba-tiba kubah itu terbuka. Masuklah ia ke dalam kubah itu dan menetap disana.
Suatu hari, Nabi Sulaiman sedang mengadakan perjalan udara bersama bala tentaranya dari golongan jin. Di tengah perjalanan, Nabi Sulaiman melihat ada sesuatu yang aneh di dasar lautan. Beliau kemudian memerintahkan jin ifrit untuk menyelam ke dasar lautan untuk menyelidiki keanehan itu. Tiba-tiba jin ifrit datang dengan mengangkat kubah emas itu dari dasar lautan.
Nabi Sulaiman dan pasukannya heran, kubah apa ini. Setelah sekian lama meneliti, terbukalah pintu kubah itu dan melihat seorang pemuda di dalamnya. Merekapun berdialog.
“Makhluk apakah engkau ini, dari golongan manusia atau jin?” Tanya Nabi Sulaiman
“Saya manusia biasa, sama seperti engkau.” Jawab pemuda itu.
“Oleh karena keutamaan apakah, engkau memperoleh kemuliaan seperti ini?” Tanya Nabi Sulaiman
Pemuda itu kemudian menjelaskan kisahnya bersama sang ibu sewaktu hidup.
“Lalu bagaimana engkau mengetahui siang dan malam?” Tanya Nabi Sulaiman
“Jika malam datang, atap kubah ini akan berubah menjadi petang, dan kutahu saat itu hari mulai gelap. Saat siang hari, suasana di dalam kubah menjadi cerah, dan kutahu saat itu hari mulai fajar.” Jawab si pemuda
“Lalu bagaimana Allah menjamin kehidupanmu?” Nabi Sulaiman penuh penasaran